DANAU TAMAN HIDUP
Gunung Argopuro atau Argopura ( 3.088 m.dpl ), termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak, terdapat ± 14 puncak di jajaran Pegunungan Iyang. Terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan berada dalam pengawasan Sub BKSDA ( Balai Konservasi Sumber Daya Alam ) wilayah Jember. Gunung Argopuro merupakan gunung yang mempunyai jalur pendakian terpanjang diantara jalur gunung-gunung di Pulau Jawa lainnya. Memiliki peninggalan bersejarah dari Zaman Prasejarah hingga masa pendudukan Jepang.
Argopuro berada di dalam deretan Pegunungan Iyang yang terletak di dalam wilayah 4 kabupaten, yaitu Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan Jember. Salah satu deretan hutan tropis terbesar dan terbaik di pulau Jawa dengan satwa-satwa endemik yang khas. Petilasan Rengganis berada di salah satu puncakannya, menjadi tujuan utama para pendaki dalam perjalanan jauh sepanjang 45 kilometer.
Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat 2
jalur utama yang umum dipakai oleh para pendaki, yang pertama adalah lewat
Baderan, Besuki atau lewat Desa Bremi, Probolinggo. Tapi umumnya para pendaki
menggunakan Jalur Bremi, Probolinggo menuju Baderan Situbondo. Beberapa alasan
adalah jalur tersebut lebih dekat menuju puncak, juga jika sekalian ingin
melakukan pendakian Rally di sejumlah gunung-gunung yang berdekatan, biasa
disebut Gorajen ( Argopuro, Raung dan Ijen ).
Perjalanan ke Gunung Argopuro ini rata - rata
membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam untuk naik dan 11 jam untuk turun, dengan
demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu pakaian hangat
dan perlengkapan tidur ( sleeping bag, matras, tenda dsb.) serta perlengkapan
masak adalah keharusan.
·
Jalur Bremi
Untuk mencapai Desa Bremi ( 960 m.dpl ) sangat
mudah karena ada bis umum yang menuju desa ini 2 ( dua ) kali sehari dari
terminal bis Probolinggo lama, jam 06.00 pagi dan jam 12.00 siang, yang
tarifnya Rp.3.500,- atau dari Terminal Bayuangga, Probolinggo naik bis atau
minibus menuju Pajarakan dengan tarifnya Rp. 1500,-, karena disini ada minibus
menuju Desa Bremi yang tarifnya Rp.3.500,-. Tetapi bila pergi berombongan, dari
Terminal Bayuangga ada minibus yang dapat membawa kita langsung ke Bremi.
Sampai di Bremi, kita harus melapor pada petugas
KSDA dan POLSEK Krucil di Bremi untuk meminta ijin melakukan pendakian dan
usahakan pendakian kita lakukan pada pagi hari.
Di Bremi sebaiknya kita menginap untuk melanjutkan
perjalanan pagi harinya. Di desa ini, terdapat penginapan relatif murah.Untuk
menginap kita bisa menghubungi Pak Bawon atau masyarakat setempat tentang yang
mengelola penginapan. Salah satunya adalah penginapan bekas peninggalan Belanda
yang memiliki ciri bangunan yang khas.
Esok harinya kita berjalan menyusuri jalan
berbatu, menuju Perkebunan Air Dingin, mendekati gerbang Perkebunan berbelok
kekanan menuju Danau Taman Hidup ( 1.900 m.dpl ). Perjalanan melewati hutan
alam produksi dan hutan pinus dan kita akan menjumpai banyak tanjakan yang
mempunyai kemiringan yang tinggi. Perjalanan membutuhkan waktu 4 jam pendakian
kita akan sampai di Taman Hidup. Danau Taman Hidup merupakan sebuah danau yang
sangat indah, disekelilingnya terdapat lereng - lereng gunung yang mempunyai
vegetasi yang rapat. Keanekaragaman hewan air bisa kita jumpai serta binatang banyak
berkeliaran.
Di sepanjang jalan, terutama di awal-awal
perjalanan lewat jalur Bremi akan kita temui banyak lintah dan tumbuhan api -
api di kanan - kiri. Jadi sebaiknya lindungi diri dengan baju lengan panjang
dan pelindung kaki ( gaiter ).
Setelah
berjalan 7 jam melalui perkebunan damar dan hutan tropis dari Bremi, kita akan
sampai di Aeng Kenek. Sesampai di Aeng Kenek, kita menempuh perjalanan 1 jam
lagi, dan kita sampai di Aeng Poteh atau Cisentor, yang merupakan persimpangan
jalan menuju puncak dan ke arah Baderan.
Di
Aeng poteh, terdapat air sungai yang mengalir jernih,yang bewarna
keputih-putihan. Karena itulah tempat ini dinamakan Aeng Poteh ( aeng = air,
poteh = putih ).
Di
Aeng Poteh, persimpangan Cisentor, pada bulan - bulan tertentu seperti bulan
September akan kita jumpai tikus - tikus hutan yang amat banyak dan hiperaktif.
Tikus - tikus ini berani mendekati kita dan tak segan-segan untuk menggigit
carrier untuk mendapatkan makanan di dalamnya. Jadi pastikan bahwa carrier kita
terlindungi dengan baik. Begitu juga dengan kerapatan pintu tenda, karena bukan
tak mungkin tikus-tikus akan menyelinap masuk dan bermain - main di kontur
wajah kita.
Setelah
perjalanan sekitar 1 jam 45 menit menuju puncak, kita akan melewati Rawa Embik,
dimana terdapat sungai yang merupakan tempat minum kambing - kambing gunung.
Disepanjang perjalanan banyak tempat untuk mendirikan tenda, dan air tersedia
cukup melimpah. Perlu 1 jam perjalanan lagi untuk mencapai Puncak Rengganis (
2.920 m.dpl ).
Di
Gunung Argopuro, puncak yang sering dikunjungi adalah Puncak Rengganis, Puncak
Argopuro ( 3.088 m.dpl ) jarang dikunjungi karena jalannya tertutup hutan
lebat. Di Puncak Rengganis ini pernah ditemukan arca Dewi Rengganis, yang
menurut cerita adalah putri Raja Majapahit terakhir, Raden Brawijaya, yang
melarikan diri dan menyepi di Gunung Argopuro. Di puncak ini masih ditemukan
petilasan Candi yang telah runtuh.
Puncak
Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang. Menurut kepercayaan setempat di
Puncak Rengganis ini terdapat pusat kerajaan para lelembut ( jin ). Sehingga
dari waktu kewaktu ada para pengunjung yang menaruh sesajian di Puncak
Rengganis ini.
·
Jalur Baderan
Untuk capai Desa
Baderan, dari Surabaya kita menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan
menuju Banyuwangi turun di Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (
725 m.dpl ), yang jaraknya 22 km dari Besuki, dengan menggunakan angkutan umum
( Rp. 1500, siang ).
Sebelum mendaki
kita harus melapor pada petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan
menyiapkan air disini, karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air ( 5 jam
perjalanan dari Baderan ). Dari Baderan kita menuju Cemoro Panjang ( 2.141
m.dpl ), selama 7 jam perjalanan, melewati Sumber Air ( 1.710 m.dpl ). Hutan
yang dilalui adalah hutan pinus dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju
Alun - alun Kecil ( 2.040 m.dpl ), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan dilanjutkan
menuju Alun - alun Besar atau yang lebih dikenal dengan Sikasur ( 2.500 m.dpl
), selama 2 jam 45 menit.
Perjalanan
3 jam dari Cikasur kita sampai di Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor,
pertigaan Baderan - Puncak - Bremi. Turun dari puncak Argopuro, kita dapat
memilih turun lewat Bremi selama 11 jam, atau kembali lewat Baderan selama 13
jam.
Sikasur,
berupa padang rumput yang luas, sangat bagus untuk dijadikan camp, karena
terdapat sungai kecil yang mengalir jernih dihiasi tumbuhan Selada air (
penduduk setempat menyebutnya Arnong ). Di Sikasur ini juga terdapat bekas
lapangan terbang yang dibuat oleh A.J.M Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan
terbang tersebut, konon digunakan untuk kegiatan pembudidayaan rusa yang
didatangkan dari luar, sisa - sisa populasi masih ada tetapi semakin berkurang.
Jika
ingin mendaki Gunung Argopuro, terlebih dahulu kita harus meminta ijin ke BKSDA
( Balai Konservasi Sumber Daya Alam ) Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke
Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan alamat, Jl. Jawa 36,
Jember 68101, telp. ( 0331 ) 85079. Di Bremi, kita harus melaporkan diri dulu
di Pos Sub KSDA Pegunungan Yang Barat di Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi.
by: Meyfri FafuritSudahkah Berkunjung?
#Ayoberkunjung
0 komentar: